Tes STIFIn apakah perlu ? Apakah kita memerlukan Tes IQ ? Kenapa?
Pasti jawabannya adalah perlu.
Tapi, sesungguhnya ada yang terlebih dahulu perlu dilakukan sebelum Tes IQ yaitu Tes STIFIn, Karena Tes IQ adalah Mengukur Kapasitas untuk mengetahui seseorang berada di peringkat yang mana, peringkat buruk, menengah ataupun baik, maka itu di ukur menggunakan Tes IQ.
Sedangkan untuk mengetahui Jenis Kecerdasan seseorang maka diukur menggunakan Tes STIFIn. Jadi dengan melakukan Tes STIFIn terlebih dahulu itu lebih diperlukan sebelum Tes IQ. Setelah mengetahui apa Jenis Kecerdasannya, maka baru kemudian bisa diikuti dengan Tes IQ untuk mengukur kapasitasnya.
Tes STIFIn sebagai sebuah alat tes memilki tiga keunggulan, yaitu 1. Simple, 2. Akurat dan 3. Aplikatif.
Tes STIFIn Sebagai Sebuah Konsep
Jika diatas dijelaskan STIFIn sebagai Alat Tes. Maka sebagai sebuah konsep, STIFIn adalah sistematis bahkan solutif. Berbagai macam persoalan sangat mudah dianalisa menggunakan pisau skema STIFIn, kalau ini sebagai pisau bedah maka Skema STIFIn pisau bedah yang tajam, sistematis yang kemudian solutif. Sehingga setiap perkara bisa dilihat dengan mudah menggunakan kaca mata STIFIn.
Sebagai contoh misalnya dalam bidang Pendidikan, Ekonomi, Sosial dan Politik, Parenting, Learning, Teaching, Pasutri, dll, skema STIFIn bisa berbicara untuk banyak hal dan menjadi mudah menyelesaikan setiap persoalan dengan menggunakan sudut pandang ataupun menggunakan STIFIn.
Tes STIFIn Sebagai Riset
Tes STIFIn sebagai riset ini sudah dilakukan sejak 13 tahun yang lalu, yaitu sejalan dengan berdirinya Company Kubik Trainning & Consultancy, sebagai sebuah company training yang didirikan bersama kawan-kawan. Setiap client yang menjadi client training Kubik, maka dia akan selalu di awali dengan melakukan Tes STIFIn. Dulu awal-awalnya menggunakan pensil dan paper tet, sekarang sudah menggunakan finger print.
Jadi sebagai sebuah riset, ini berkembang dari awal mulanya ditemukan empat Mesin Kecerdasan (STIF) dan kemudian berkembang menjadi lima Mesin Kecerdasan menjadi STIFIn. Dan ini sudah final.
Masih banyak orang muslim yang tidak mau membaca al-quran atau mempelajarinya. Padahal al-qur’an ialah kitab petunjuk bagi umat muslimin untuk hidup di dunia. Dan dengan alasan lainnya yakni tidak memiliki waktu senggang karena ia di sibukkan oleh kegiatan dan pekerjaannya sehari-hari.
Bila ia sudah kerja dari pagi hingga sore, berasalan ia lelah dan tidak membaca al-qur’an dan begitu hingga seterusnya. Bukannya dunia membuat kita jauh dari Allah Subhanahu wa ta’ala? Sibuk dengan urusan dunia membuat kita jauh dari arti sesungguhnya manusia di ciptakan oleh Allah, yakni agar hamba nya bersujud kepada-Nya.
Artinya: “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku” (QS. Adz-dzariyat : 56)
dan bukankah untuk mendekati-Nya kita harus membaca
kalam-Nya? Memahami setiap perintah dan larangan yang telah di tetapkan kepada
umat muslimin? Tapi, sudah bersungguh-sungguh ingin bisa membaca al-qur’an tapi
terbata-bata. Bagaimanakah hukumnya?
Pahala Untuk
Orang Yang Membaca Al-Quran
Hukum membaca Al-Qur’an bagi orang awam yang
terbata-bata dalam membacanya, di sebutkan dalam sebuah buku bagi orang yang
terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an maka akan di perolehnya dua pahala yaitu
satu pahala karena membacanya dan satu lagi karena kesungguhannya dalam
mempelajari Al-qur’an yang berulang-ulang kali.
Di sampaikan dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang ahli dalam
Al-Qur’an akan bersama para malaikat pencatat yang mulia lagi benar. Dan orang-orang
yang terbata-bata membaca Al-Qur’an serta bersusah payah mempelajarinya, maka
baginya pahala dua kali.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Namun, bukan berarti pahala yang di peroleh oleh orang
yang membaca terbata-bata akan melebihi pahalanya ahli qur’an. Yang di maksud ialah,
bahwa orang yang sudah bersusah payah dalam mempelajari Al-Qur’an maka akan
memperoleh pahala ganda, maka sangat merugi bila kita meninggalkan Al-Qur’an
walaupun kita sulit dalam membacanya.
Hal ini di perjelas oleh hadits yang di riwayatkan
oleh Ali Qari radhiyallahu anhu dari Thabbrani dan Baihaqi yang artinya,
“Barang siapa membaca membaca Al-Qur’an sedangkan dia
tidak hafal, maka dia akan memperoleh pahala dua kali lipat. Dan barang siapa
benar-benar ingin menghafal Al-Qur’an tetapi tidak mampu, tetapi ia terus
membacanya maka Allah akan membangkitkannya pada hari Mahsyar dengan para
Hafidz Al-Qur’an.”
Hikmahnya Membaca
Al-Qur’an
Orang yang membaca AL-Qur’an akan memperoleh
keutamaan-keutamaan. Yakni:
Allah akan
memberikan pahala yang banyak
Satu huruf yang kita baca dalam Al-Qur’an bernilai sepuluh pahala. Bayangkan bagaimana kita membaca satu lembar Al-Qur’an setiap kita selesai sholat? Atau hanya membaca surat Al-fatihah saja?
Dalam Al-Qur’an terdapat 325.015
huruf yang berarti satu kali kita mengkhatamkan Al-Qur’an maka nilai pahalanya
kelipatan sepuluh menjadi 3.250.150.
Allah mengangkat
derajat orang yang membacanya
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat
derajat suatu kaum dengan Kitab Al-Qur’an dan Allah merendahkan kaum yang
lainnya (yang tidak mau membca, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an.” (HR.
Bukhari)
Allah memberikan
syafaat bagi orang yang membacanya
Hal ini di jelaskan dalam hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
“Bacalah Al-Qur’an oleh kamu
sekalian, karena bacaan Al-Qur’an yang dibaca ketika hidup di dunia ini akan
menjadi syafaat atau penolonh bagi para pembacanya di hari Kiamat nanti.” (HR.
Imam Muslim)
Perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala yang pertama kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalahmembaca. Seperti yang terjelaskan dalam Qur’an Surat al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :
Artinya: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.” (QS.
Al-‘Alaq : 1-5)
Perintah yang Allah turunkan ialah sangat penting, karena inti dari belajar ialah membaca. Seperti yang telah dijelaskan oleh ayat di atas. Membaca ialah proses yang terlebih dahulu di lalui dalam pembelajaran. Tidak akan terjadi aktivitas pembelajaran sebelum membaca. Belajar ialah salah satu ibadah. Karena, “Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim dan Muslimah.” (HR. Muslim)
Belajar memiliki adab-adabnya tersendiri. Tidak semua aktivitas membaca di katakan sebagai menuntut ilmu. Al-Qur’an dipermulaan mengaitkan perintah membaca dengan bismi robbik ( atas nama Tuhanmu). Yang berrarti, adab belajar bagi pelajar untuk meniatkaan dengan ikhlas dan semata-mata mengharapkan ridha Allah subhanahu wa ta’ala, agar ilmu yang diperoleh bermanfaat kepada orang lain dan memberikan keberkahan.
Imam Syafi’I pernah bercerita kepada gurunya, Waqi’
mengenai hafalannya yang buruk. Sang guru menasihati agar ia meninggalkan
segala maksiat. Kemudian sang guru mengatakan, ilmu itu cahata dan cahaya Allah
itu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat. Maka dengan kata
lain, bila ingin memperoleh ilmu yang bermanfaat ialah harus dengan
meninggalkan maksiat.
Selain dengan meluruskan niat dan menjauhi maksiat,
para penuntut ilmu juga harus berperilaku baik, tajin, tekun, rendah hati dan
selalu mengamalkan ilmu yang di milikinya.
Seperti pepatah mengatakan. “ Ilmu yang tidak di amalkan itu bagaikan pohon yang tidak berbuah”. (pepatah arab)
Ilmu bukan hanya di baca dan di hafal dalam pikiran
namun juga di amalkan, agar bermanfaat dan tidak mudah di lupa. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Siapa yang bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambah petunjuknya (amalnya
tidak semakin baik), maka ia hanya akan semakin jauh dari Allah.” (HR.
Ad-Darimi).
Lalu, Imam Syafi’I, bersyair : “Engkau tidak akan
memperoleh ilmu kecuali terpenuhinya enam hal, yaitu: kecerdasan, kesungguhan,
kesabaran, bekal yang cukup, bimbingan guru dan waktu yang lama.”
7 Keutamaan
Menuntut Ilmu Menurut Islam
Orang-orang yang menuntut ilmu, Allah berikan ganjaran pahala yang luas baginya. Dan keutamaan-keutamaan menuntut ilmu lainnya yakni:
Allah SWT
akan meringankan jalannya menuju surge
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anh,
dia berkata :
“Siapa saja yang mengadakan
perjalanan untuk usaha menuntut ilmu, maka Allah akan menganugerahkan baginya
jalan ke surge.” (HR. Muslim)
Mendapatkan
pahala
Rasulullah shallallahu a’laihi wa
sallam bersabda:
“ilmu itu laksana sebuah gedung,
sedangkan kunci pembukanya adalah bertanya. Sesungguhnya ada pahala bagi empat
golongan manusia, yaitu orang yang bertanya, orang yang menjawab, orang yang
mendengar dan orang yang suka dengan kondisi mereka bertiga.” (HR. Abu Nu’aim)
Para penuntut
ilmu adalah orang yang lebih baik dari dunia dan isinya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Seseorang yang mempelajari satu bab
dari suatu olmu masih jauh lebih baik nilainya daripada dunia dan isinya.” (HR.
Ibnu Hibban)
Menuntut ilmu
sama dengan berjihad
Dari syaikh Muhammad bin Sholih
Al’itsaimin rahimahullah berkata,
“Menuntut ilmu adalah bagian dari
jihad di jalan Allah karena agama ini bisa terjaga dengan dua hal yaitu dengan
ilmu dan berperang (berjihad) dengan senjata.”
Diangkat
derajatnya oleh Allah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“…Allah akan mengangkat derajat orang
yang beriman dan yang di beri pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al –
Mujadalah : 11)
Dia akan
tetap hidup setelah kematian
Dari Abu Hurairah rhadiyallahu ‘anh,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“ Jika seorang manusia mati maka
terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal: dari sedekah jariyah atau
ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim
no: 1631)
Orang yang
berilmu takut kepada Allah
Orang yang berilmu adalah orang-orang
yang takut kepada Allah. Allah Ta’ala mengkhususkan mereka di antara manusia
dengan rasa takut tersebut. Allah berfirman:
“…Di antara hamba-hamba Allah yang
takut kepada-Nya hanyalah para ulama.” (QS. Fathiir : 28)
Lalu, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anh
berkata, “Cukuplah rasa takut kepada Allah itu di sebut sebagai ilmu. Dan
cukuplah tertipu dengan tidak mengingat Allah disebut sebagai suatu kebodohan.”
(HR. ath-Thabrani dalam al-Kabir no. 8927 dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jaami’
II/812, no. 1514).
Ditambahkan oleh Imam Ahmad rahimahullah
berkata, “Pokok ilmu adalah rasa takut kepada Allah.” Apabila seseorang
bertambah ilmunya maka bertambah pula rasa takutnya kepada Allah.
Info Lengkap, Hubungi Kami
Kami dengan senang hati membantu Anda. Jangan ragu untuk menghubungi kami. Klik Chat di bawah ini.
customer Service
Nurul
Online
Nurul
Assalamu'alaikum. Ada yang bisa Kami bantu ? 00.00